nurhasan78news. WordPress.com

BAB I PENDAHULUAN

 

1. Latar Belakang Masalah

Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, menyusul dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut, potensi perikanan sebesar 6,26 juta ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi perikanan 4,71 juta ton, dimana 75 % (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut. Apabila dilihat dari tingkat pemanfaatan, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik dikapal, sehingga ikan yang didaratkan bermutu rendah (20–30%), sehingga berdampak pada tingginya tingkat kehilangan (losses) sekitar 30-40%. Lebih jauh lagi, ekspor hasil perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh ikan dalam bentuk gelondongan dan belum diolah.

2. Tujuan Makalah

Makalah ini disusun dengan judul strategi pengembangan hasil Perikanan untuk mengetahui tentang :

–             Strategi pengembangan hasil Perikanan.

–             Untuk mengetahui sejauh mana strategi pengembangan hasil Perikanan.

–             Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dalam strategi pengembangan hasil Perikanan.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang di bahas dapat di rumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana strategi pengembangan hasil Perikanan.
  2. Apa peran dalam strategi pengembangan hasil Perikanan.
  3. Bagaimana cara melakukan strategi pengembangan hasil Perikanan.


BAB II PEMBAHASAN

Sebagai konsekuensinya, usaha pengolahan produk hasil perikanan di Indonesia dari total produksi tangkapan laut, sebesar 57,05 % dimanfaatkan dalam bentuk basah, sebesar 30,19% bentuk olahan tradisional dan sebesar 10,90 % bentuk olahan modern dan olahan lainnya 1,86%. Sedangkan dari ekspor tahun 2005 sebesar 80% diantaranya didominasi produk olahan modern sedangkan produk olahan tradisional hanya sekitar 6% saja. Disisi lain ikan hasil tangkapan samping (HTS/by catch) pukat udang dan tuna serta sisa olahan (by product) industri perikanan belum pula dimanfaatkan secara optimal sehingga ikan tangkapan samping khususnya ikan-ikan non ekonomis/sisa hasil industri yang tidak termanfaatkan dibuang ke laut atau ditimbun dengan tanah, dengan demikian terjadi kehilangan nilai jual ikan. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja (padat karya), sumber pendapatan bagi nelayan, sumber protein hewani dan sumber devisa bagi negara. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna/udang kaleng, tuna steak, loin dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa dilakukan proses lanjutan. Sedangkan apabila ingin merubah nilai jual ikan non ekonomis maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi produk perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, aman, sehat melalui asupan gizi/vitamin/protein dari produk hasil perikanan dan ketahanan pangan.

 

A. Strategi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Yang menjadi strategis dalam pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagai berikut :

a.   Lemahnya jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (quality assurance dan food safety) Pihak pembeli dari negara lain menuntut kepada Indonesia (para eksportir) agar produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan ketentuan sbb : penerapan HACCP, Bioterrorism Act, sanitasikekerangan, cemaran logam berat dan histamin pada tuna dan certificate eco labelling selain health certificate. Hal ini disebabkanoleh lemahnya jaminan dan keamanan hasil perikanan (quality

assurance dan food safety) di Indonesia.

b.   Tingginya tingkat kehilangan (losses) mencapai sekitar 27,8% Untuk mendapatkan hasil/produk yang bermutu baik, maka sangat diperlukan bahan baku yang bermutu baik pula. Hal ini menjadi tuntutan dan syarat mutlak bagi konsumen. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka yang terjadi adalah banyaknya banyaknya terjadi tingkat kehilangan (losses). Penyebab lain adalah rendahnya pengetahuan nelayan, pengolah, petugas TPI/PPI mengenai cara penanganan dan pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practice/GMP).

c.   Kurangnya intensitas promosi dan rendahnya partisipasi stakeholders Produk perikanan yang bernilai tambah (value added products) dimasyarakat belum populer, hal ini disebabkan oleh masih kurangnyaintensitas promosi serta rendahnya partisipasi stakeholders (khususnya produsen produk perikanan) dalam mengembangkanprogram promosi.

d.   Terbatasnya sarana penanganan ikan Terbatasnya sarana penangan ikan di atas kapal, distribusi dan terbatasnya sarana pabrik es dan air bersih.

e.   Kurangnya bahan baku industri Kurangnya bahan baku industri pengolahan ini disebabkan oleh belum adanya kerjasama antara industri penangkapan dan pengolahan sehingga perusahaan penangkapan cenderung mengekspor ikan dalam bentuk ikan utuh (gelondongan).

f.   Bahan baku belum standar Sebanyak 85% produksi perikanan tangkap didominasi/dihasilkan oleh nelayan skala kecil dan pada umumnya kurang memenuhi standar bahan baku industri pengolahan.

g.   Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya Maraknya bahan kimia berbahaya dalam penanganan dan pengolahan ikan, misalnya formalin, borax, zat pewarna, CO, antiseptik, pestisida, antibiotik (chloramphenol, Nitro Furans, OTC). Hal ini disebabkan oleh substitusi bahan pengganti tersebut kurang tersedia dan peredaran bahan kimia berbahaya bebas, murah dan sangat mudah diperoleh.

h.   Jenis ragam produk dan pengembangan produk bernilai tambah belum berkembang (value added products) optimal dan belum populer Meskipun kajian dan hasil penelitian pemanfaatannya sudah banyak tersedia, namun produksi secara masal belum dapat direalisasi. Banyak kendala yang menyebabkannya, salah satu diantaranya adalah ketersediaan sarana prasarana , mahalnya peralatan, kurangnya teknologi serta masalah kontinuitas suplai bahan baku.

i.   Rendahnya konsumsi ikan per kapita Rendahnya konsumsi ikan per kapita disebabkan oleh belum meratanya distribusi, suplai tidak kontinyu, masih banyak produk yang berkualitas kurang prima di pasaran, kurangnya pengetahuan masyarakat akan manfaat makan ikan, masih adanya budaya dan kondisi sosial masyarakat yang kurang kondusif terhadap peningkatan konsumsi ikan serta belum meratanya program GEMARIKAN di seluruh daerah.

j.   Informasi teknologi terbatas Terbatasnya informasi dan teknologi penanganan dan motivasi serta keinginan untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan masih rendah.

 

B. Meningkatkan Konsumsi Ikan Yang Sehat dan Aman

Salah satu tujuan membangun sektor Perikanan untuk terciptanya ketahanan pangan di Indonesia adalah meningkatkan ketersediaan ikan yang sehat dan aman. Untuk mencapai hal tersebut, maka langkah relevan yang telah dan akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan mutu dan keamanan produk perikanan;

b. Meningkatkan produktivitas pengolahan hasil perikanan yang ramah lingkungan;

c. Meningkatkan standar bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang sesuai dengan ketentuan Internasional;

d. Meningkatkan kualitas kompetensi lembaga sertifikasi produk perikanan;

e. Memperkuat jaringan dan kelembagaan pemasaran dalam negeri;

f. Mendorong peningkatan konsumsi ikan dalam negeri;

g. Memperkuat dan mengembangkan basis pasar produk perikanan Indonesia dan di luar negeri;

h. Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

 

c. Pentingnya Dukungan Teknologi Produk Perikanan

Memberi jaminan kepada konsumen terhadap produk yang aman dan sehat merupakan hal utama yang menjadi perhatian sektor perikanan dalam rangka menyiasati maraknya peredaran produk perikanan yang kurang berkualitas dan mengandung bahan kimia berbahaya, melalui cara-cara pengolahan yang higienis sesuai GMP (Good Manufacturing Practices), SSOP (Standard Sanitation Operating Procedure) serta menerapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) . Tidak saja untuk konsumen luar negeri, tetapi konsumen dalam negeri pun sudah mulai kritis dan menuntut penyediaan makanan yang aman dan sehat. Apapun cara yang di tempuh dalam penyediaan produk perikanan, yang menjadi tujuan ketahanan pangan produk perikanan adalah :

1. Meningkatnya konsumsi ikan

2. Tersedianya produk yang aman, sehat dan kontinyu tersedianya.

Teknologi yang dibutuhkan dan perlu untuk dikembangkan adalah yang mampu mengatasi banyaknya permasalahan yang dihadapi sehingga tujuan ketersediaan pangan produk perikanan dapat terpenuhi, melalui teknologi yang murah dan aplikatif (mudah untuk diterapkan) dukungan teknologi produk perikanan menjadi sangat penting tidak hanya untuk memenuhi tuntutan pembeli/konsumen, namun juga diperlukan dalam rangka menangkap perubahan pola konsumsi masyarakat perkotaan yang lebih cenderung kepada makanan olahan yang instan, cepat dan praktis, tetap mengutamakan kandungan gizi, pemeliharaan kesehatan serta aman untuk dikonsumsi. Protein hewani yang berasal dari ikan (ikan dan berbagai jenisnya) menjadi jawabannya, selama ditangani dengan cara yang benar dan sesuai standar.

 

Peran Strategi Teknologi Pengembangan Produk Perikanan:

Pertama, Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.

Kedua, Menumbuhkan inovasi teknologi modern. Karena dalam pengembangan produk terkait erat dengan rekayasa produksi sehingga diperlukan rekayasa peralatan dan sentuhan teknologi modern.

Ketiga, Meningkatkan apresiasi terhadap produk tradisional. Karena dalam pengembangan produk, tidak hanya produk yang melalui proses teknologi modern saja yang menjadi fokus perhatian, produk tradiosionalpun perlu memperoleh apresiasi, sehingga memiliki daya saing dengan produk olahan lainnya. Nilainya dapat ditingkatkan melalui berbagai cara antara lain kebersihannya/higienisnya, pengemasannya, proses pembuatannya, dan sebagainya.

Keempat, Membentuk SDM berkualitas dan kompeten, karena dalam menciptakan pengembangan produk diperlukan kreativitas seseorang dalam menciptakan produk-produk yang diminati konsumen, sehingga secara tidak langsung dapat menciptakan SDM berkualitas dan kompeten.

 

  • Cold Chain Sistem

Sistem Rantai Dingin atau Cold Chain System (CCS) merupakan

salah satu program yang dapat mendorong akselerasi tercapainya produk perikanan prima. Karena prinsip utama dalam penerapan sistem rantai dingin adalah penanganan ikan dengan suhu dingin sekitar C dilakukan secara terus menerus tidak terputus sejak ikan ditangkap atau dipanen, didaratkan dan didistribusikan serta dipasarkan hingga ke tangan konsumen. Apabila penerapan sistem rantai dingin secara benar diterapkan dengan baik serta memperhatikan sanitasi dan hygiene maka ikan hasil tangkapan atau ikan hasil panen dapat dipastikan memiliki mutu tinggi, aman dikonsumsi serta memenuhi kriteria produk perikanan prima. Sistem rantai dingin sudah dikembangkan sejak dulu walaupun sifatnya masih parsial dan belum dilakukan secara sistematis dari hulu sampai hilir. Pada awalnya pengembangan sistem rantai dingin dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian pada tahun 1990-an dengan kegiatan pemberian bantuan cool box kepada nelayan kecil dan bimbingan teknis tentang penanganan hasil perikanan dengan menggunakan sarana cool box tersebut. Mengingat dari sisi pendanaan yang relative kecil sehingga tingkat keberhasilan dari kegiatan tersebut belum dapat dirasakan manfaatnya oleh para nelayan secara nasional.

 

  • Pengembangan Sentra

Sentra merupakan kumpulan dari beberapa produsen produk sejenis yang berada pada posisi yang sama dalam mata rantai nilai. Sentra merupakan pusat kegiatan UKM di kawasan/lokasi tertentu yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan pengembangan sentra dilakukan karena beberapa alasan antara lain :

  • Adanya efisiensi kolektif (bahan baku, proses produksi dan pemasaran hasil)
  • Mencapai Skala Ekonomis
  • Penanganan limbah lebih terkendali

• Mudah melakukan pembinaan dan monev (standar yang homogen)

  • Adanya akses terhadap inovasi
  • Adanya akses terhadap pengetahuan dan teknologi
  • Mempermudah internalisasi pengembangan UKM Pengolaha

 

Dengan menumbuhkembangkan sentra-sentra pengolahan ikan di daerah, menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi berbasis usaha pengolahan ikan, mengembangkan jaringan usaha mikro, kecil dan menengah dalam suatu kawasan kemudian disinergikan dengan usaha pengembangan produk, serta selalu menerapkan sistem rantai dingin maka diharapkan mampu mendorong terciptanya produk yang aman dan sehat, ketersediaan produk menjadi kontinyu sehingga tingkat konsumsi meningkat.

 

BAB III

P E N U T U P

 

A. KESIMPULAN

–          Strategi pengembangan hasil Perikanan adalah melalui teknologi produk hasil perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, aman, sehat dan melalui produk hasil perikanan.

–          Meningkatkan nilai ekonomi produk olahan. Hal ini terutama untuk produk-produk yang tidak memiliki nilai ekonomis, apabila diolah maka berpengaruh kepada meningkatnya nilai ekonomis.

 

B. SARAN

–          Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita meningkatan Produksi hasil Perikanan agar tetap stabil”

–          Tingkatkan mutu keamanan produk perikanan dan pengolahan hasil perikanan

–          Tingkatkan kompetensi sumberdaya manusia di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

2. Erwadi, H.W. dan H.W. Syafri. 2003. Strategi Agribisnis Kelautan Perikanan. Alqaprint Jatinangor, Bandung.

3. Naamin, N. 1987. Perikanan Laut di Indonesia : Prospek dan Problema Pengembangan Sumberdaya Perikanan Laut. Seminar Laut Nasional II, Jakarta.

4. Monintja, D.R. 1987. Beberapa Teknologi Pilihan untuk Pemanfaatan Hayati Laut di Indonesia. Bulletin Jurusan PSP Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor,

5. Sjaifudian, H. H, D. Maspiyati. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Penerbit Yayasan Akatiga, Bandung.

6. Porter, M. E. 1995. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Penerbit Erlangga Jakarta.

Tinggalkan komentar